Benny Wenda, Lahir 17 Agustus Tapi Dituding Provokator Kerusuhan Papua
Dibaca 0 kali
Persma Universitas Asahan - Hari ini nama Benny Wenda menjadi trending topic perbincangan di kalangan masyarakat. Namanya disebut sebagai dalang provokasi dan kerusuhan di Papua yang terjadi beberapa minggu belakangan ini. Insiden kerusuhan tersebut pecah dibeberapa titik di wilayah Papua dan Papua Barat. Aksi kerusuhan yang dilatarbelakangi aksi solidaritas karena adanya sweeping terhadap Mahasiswa Papua oleh warga di Jawa Timur ini membuat kantor instansi milik pemerintah hingga Pos Polisi di Papua tak luput dari aksi pembakaran oleh massa. Seorang personil TNI dikabarkan gugur akibat serangan panah saat pengamanan kerusuhan di Deiyai, Papua. Hal ini kemudian membuat Istana lebih intensif menyelesaikan kericuhan.
Istana mulai mengkampanyekan kembali pembangunan infrastruktur di Wilayah Papua hingga Kapolri dan Panglima TNI mulai berkantor di Papua. Semua dilakukan dalam rangka kondusifitas Papua dan Papua Barat. Beragam statemen juga dicetuskan, salah satunya tentang adanya provokator dan keterlibatan Benny Wenda.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut Benny Wenda sebagai aktor mobilisasi informasi yang tidak benar di Australia dan Inggris. Moeldoko mengatakan bahwa persoalan Papua merupakan persoalan politik bukan persoalan militer.
Istana mulai mengkampanyekan kembali pembangunan infrastruktur di Wilayah Papua hingga Kapolri dan Panglima TNI mulai berkantor di Papua. Semua dilakukan dalam rangka kondusifitas Papua dan Papua Barat. Beragam statemen juga dicetuskan, salah satunya tentang adanya provokator dan keterlibatan Benny Wenda.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut Benny Wenda sebagai aktor mobilisasi informasi yang tidak benar di Australia dan Inggris. Moeldoko mengatakan bahwa persoalan Papua merupakan persoalan politik bukan persoalan militer.
"Ya jelas toh. Jelas Benny Wenda itu. Dia mobilisasi diplomatik, mobilisasi informasi yang missed, yang gak bener. Itu yang dia lakukan di Australia lah di Inggris lah," kata Moeldoko di Istana Negara pada Senin (2/9/2019).
"Ini persoalan politik ya. Ini persoalan politik harus diatasi dengan pendekatan politik, enggak bisa dengan pendekatan militer. Ini juga lebih politik karena dia bergerak di front politik," lanjut Moeldoko.
Seketika, publik pun ramai memperbincangkan nama Benny Wenda. Sebabnya, beberapa hari yang lalu Kapolri Jendral Tito Karnavian juga mengeluarkan statement adanya campur tangan pihak asing dalam insiden di Papua baru-baru ini.
Siapa Benny Wenda?
Benny Wenda lahir pada 17 Agustus 1974 di Lembah Baliem, Papua. Sebuah desa terpencil di kawasan Papua Barat. Di sana, dia hidup bersama keluarga besarnya. Mereka hidup dengan bercocok tanam.
"Ini persoalan politik ya. Ini persoalan politik harus diatasi dengan pendekatan politik, enggak bisa dengan pendekatan militer. Ini juga lebih politik karena dia bergerak di front politik," lanjut Moeldoko.
Seketika, publik pun ramai memperbincangkan nama Benny Wenda. Sebabnya, beberapa hari yang lalu Kapolri Jendral Tito Karnavian juga mengeluarkan statement adanya campur tangan pihak asing dalam insiden di Papua baru-baru ini.
Siapa Benny Wenda?
Benny Wenda lahir pada 17 Agustus 1974 di Lembah Baliem, Papua. Sebuah desa terpencil di kawasan Papua Barat. Di sana, dia hidup bersama keluarga besarnya. Mereka hidup dengan bercocok tanam.
Sampai satu saat sekitar tahun 1977, mereka merasa terusik dengan masuknya pasukan militer. Saat itu, Benny Wenda mengklaim pasukan memperlakukan warga dengan keji. Benny menyebut di situsnya, salah satu dari keluarga menjadi korban hingga akhirnya meninggal dunia.
Tumbangnya pemerintahan Soeharto pada 1998 membuat gerakan referendum dari rakyat Papua yang menuntut pembebasan dari NKRI kembali bergelora. Benny Wenda melalui organisasi Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka) membawa suara masyarakat Papua menuntut pengakuan dan perlindungan adat istiadat, serta kepercayaan, masyarakat suku Papua. Mereka menolak apapun yang ditawarkan pemerintah Indonesia termasuk otonomi khusus.
Sekitar tahun 2001 pemerintahan Megawati Soekarnoputri, ketegangan kembali terjadi di tanah Papua. Operasi militer menyebabkan ketua Presidium Dewan Papua meninggal. Wenda terus berusaha memperjuangkan kemerdekaan Papua.
Pertentangan Benny Wenda berbuntut serius.
Benny Wenda kemudian dipenjarakan pada 6 Juni 2002 di Jayapura. Selama di tahanan, Wenda mengaku mendapatkan penyiksaan serius. Dia disebut melakukan pengerahan massa untuk membakar kantor polisi, hingga harus dihukum 25 tahun penjara.
Kasus itu kemudian di sidang pada 24 September 2002.
Pengadilan terus berjalan, sampai pada akhirnya Wenda dikabarkan berhasil kabur dari tahanan pada 27 Oktober 2002. Dibantu aktivis kemerdekaan Papua Barat, Benny diselundupkan melintasi perbatasan ke Papua Nugini dan kemudian dibantu oleh sekelompok LSM Eropa untuk melakukan perjalanan ke Inggris di mana ia diberikan suaka politik.
Sejak tahun 2003, Benny dan istrinya Maria serta anak-anaknya memilih menetap di Inggris. Tercatat Benny pernah menerima penghargaan dari Dewan Kota Oxford bertajuk "Oxford Freedom of the City Award" pada 17 Juli lalu yang kemudian diprotes oleh Pemerintah melalui Kedutaan Besar RI di London karena menganggap penghargaan tersebut salah alamat jika diberikan kepada Benny Wenda.
Keluarga Benny Wenda |